23.30
23.30 Sharon ingat kisaran waktu saat ia berlari keluar sebab lampu kost-nya yang tiba-tiba meledak. Dan kini rasanya ia sudah menunggu sekitar 30 menit, atau malah lebih?
Sharon memeluk dirinya-sendiri sebab angin malam yang menerpa dirinya membuat ia merasa sedikit menggigil.
Sharon mengedarkan pandangannya kesekeliling, suasananya amat sepi, sebab sudah masuk tengah malam.
“Kok lama ya?” Gumam Sharon, gadis itu celingukan menunggu Jessen yang tadi bilang padanya akan segera datang.
Tanpa disadari oleh Sharon. Di balik sebuah tembok rumah warga, seorang pria sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya, dan kini pria itu tengah berjalan dari tempatnya berdiri untuk menghampiri Sharon.
“Mbak.” Sharon tersentak, sebab pria itu memanggil sembari memegang bahu Sharon.
Sharon memperhatikan sejenak, pria itu mengenakan kaos hijau army dengan celana jeans sobek-sobek, di antara jemarinya terapit sebatang rokok yang sudah menyala, persis penampilan seorang preman.
Yang mana hal itu jelas membuat Sharon duakali lebih siaga, entah mengapa perasaannya tidak enak.
“Iya mas?” Dengan perasaan takutnya, Sharon membalas panggilan pria itu.
“Lagi ngapain mbak? malem-malem gini sendirian.” Setelah menghisap batang rokoknya, pria itu-pun bertanya lagi.
Sharon tersenyum kikuk, dengan perasaan canggung dan cemas gadis itu-pun menjawab pertanyaan dari pria itu. “Lagi nyari bapak yang biasa jaga kost mas.”
Pria itu menganggukan kepalanya. “Berarti area kost lagi gak ada yang jaga ya mbak?”
Dituding pertanyaan demikian, entah mengapa rasa takut Sharon kian membesar, terlebih saat dilihatnya pria itu celingukan seakan memastikan kawasan ini benar-benar sepi.
Tanpa sadar Sharon berjalan mundur sedikit menjauh dari pria itu, entah mengapa Sharon merasakan bahwa saat ini ia berada dalam situasi bahaya.
Melihat Sharon mundur, pria itu terkekeh pelan. “Ngapain mundur-mundur gitu mbak?” “Jijik sama saya?”
Pria itu membuang kasar batang rokoknya, kemudian berjalan mendekati Sharon. Jelas Sharon dengan cepat menghindar menjauhi pria itu.
Kini pria itu berdecih, sambil meludah, pria itu-pun menatap tajam pada Sharon. “Kalo mbak begini, saya tersinggung loh mbak.”
Baiklah. Ini sudah jelas-jelas bahaya. Sharon-pun memasang ancang-ancang, kemudian dengan secepat kilat Sharon berlari kabur dari hadapan pria itu.
Jelas pria itu tak membiarkannya begitu saja. Pria itu turut berlari mengejar Sharon. Membuat aksi kejar-kejaran di area itu-pun terjadi.
Sharon berlari sekuat tenaga saat mengetahui pria tadi balik mengejarnya, dirinya berlari tanpa melihat sekitar hingga tak sadar kakinya tersandung sebuah batu dari aspal yang sudah rusak, membuat gadis itu terjatuh.
Diatas jalanan tidak rata nan gelap itu, Sharon meringis, belum sempat meresapi rasa sakit akibat jatuh tadi, lengan Sharon sudah di tarik kencang hingga gadis itu dipaksa untuk berdiri.
“AAAAAARGH!” Sharon berteriak saat pria preman tadi melakukan aksi tersebut pada Sharon.
“Kabur dari saya hm?” Pria itu bertanya dengan nada seram sambil mencengkram bahu Sharon dengan sangat kuat, membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Hahahaha, padahal tadinya saya nggak mau ngapa-ngapain loh mbak, tapi karena sikap mbak kayak gini sama saya, sekalian saya jahatin aja kalo gitu.” Pria itu tertawa, sementara Sharon sudah menangis melihatnya.
Pria itu mengedarkan pandangannya kesekeliling, melihat tempat yang dirasa tepat untuk melakukan sesuatu pada Sharon yang kini lengannya tengah di cengkram kua-kuat.
“Sini ikut saya!” Pria itu menarik paksa lengan Sharon, jelas gadis itu memberontak sekuat mungkin agar tidak terseret oleh tarikan paksa pria itu.
“LEPASSSIN!” Sharon mengucapkannya sambil berteriak, berharap seseorang mendengar lalu membantunya.
Pria itu terus menarik paksa lengan Sharon, sebab kalah tenaga, gadis itu-pun terus terseret. Sharon memutar otaknya, gadis itu kemudian menggigit lengan pria itu. “ARGHH!”
Pria itu berteriak kesakitan, kesempatan itu digunakan oleh Sharon untuk segera kabur. Sadar akan hal itu, pria tadi langsung buru-buru mengejar Sharon, ditengah aksi kejar mengejar yang kembali terjadi itu, sebuah mobil muncul hingga hampir menabrak Sharon.
“AAAAAAAAAA.” Sharon ambruk di jalanan, meski tidak tertabrak, lagaknya tubuh gadis itu reflek terjatuh.
Seorang pria keluar dari dalam mobil tadi, melihat itu buru-buru Sharon berteriak meminta bantuan. “TOLONGGGGG”
“TOLONGIN SAYA MAS!” Sambil berdiri tertatih-tatih Sharon berlari kearah pria yang baru saja keluar dari mobil tadi. Sharon sedikit limbung, hampir terjatuh lagi, kalau saja pria ini tidak menangkap tubuhnya.
Sharon masih kelabakan, kepala gadis itu masih menengok kearah belakang beberapa kali, terlihat oleh gadis itu, siluet bayangan pria preman tadi masih ada disana. “Mas tolong— Ha..Haris?!”
“Sharon?! Baik Sharon maupun Haris terkejut. Namun tak lama sebab Sharon kembali bereaksi dengan panik.
“Ris.. to- tolongin gue ris!” Dengan terbata-bata Sharon berucap.
“Gue di kejar orang jahat ris! gu-gue..” Sharon bahkan tak bisa menyelesaikan kalimatnya, gadis itu kembali menoleh kearah belakang, ternyata pria preman tadi sudah hilang, membuat rasa panik gadis itu kini berkurang.
“Siapa yang ngejar lo Shaa?” Kepala Haris kemudian celingukan berusaha mencari orang yang mengejar Sharon.
“Udah pergi! udah pergi!” Sharon berucap dengan cepat. Tubuhnya langsung terasa lemas, hingga akhirnya Sharon merosot ke jalanan.
Haris yang tadi sedang tak sigap merasa panik. Pria itu kemudian berjongkok untuk meraih kembali Sharon yang tengah terduduk dengan lemas diatas aspal jalan.
Belum sampai membuat Sharon kembali berdiri, Haris tersadar sesuatu. Dan demi Tuhan itu gila!
“Astaga Shaa! lo luka-luka!”