a Moment – Holding Hands On a Cold Night.


“Ca.”

Sharon yang tengah berjalan-pun lantas menoleh kebelakang, ternyata sedari tadi dirinya berjalan mendahului Jessen.

Mereka memang tengah berjalan di area trotoar untuk kembali menuju tempat dimana tadi Jessen memarkirkan mobilnya.

“Apa?” Gadis itu bertanya sembari memutar tubuh, berjalan kembali kebelakang untuk menghampiri Jessen.

“Berdiri disitu, mau gue fotoin.” Kening Sharon berkerut, walau setelahnya ia menurut memberikan Jessen kesempatan untuk memfoto dirinya.

“Oke udah.” Pria itu melihat handphone-nya sebentar, mengamati hasil jepretannya tadi, lalu kemudian bergerak menyimpan handphone-nya kembali kedalam saku.

“LOH GUE KAN BELOM LIHAT!” Sharon memprotes. Gadis itu buru-buru menghampiri Jessen, berusaha mencegah pria itu untuk menyimpan kembali handphone-nya kedalam saku, walau berujung gagal sebab handphone Jessen sudah terlebih dahulu masuk kedalam saku celana yang pria itu kenakan.

“IH IYEL GUE MAU LIHAT DULU FOTONYA!” Sharon berusaha menjangkau saku Jessen, masih kukuh ingin mengambil handphone pria itu.

“Nanti aja lihatnya di mobil.” Ucap Jessen. Pria itu kemudian menangkap tangan Sharon yang tadi bergerak berusaha menjangkau saku celananya, setelah tertangkap, pria itu malah mengambil aksi untuk menggenggam tangan Sharon.

Mendapati tangannya di genggam oleh Jessen, Sharon-pun menghentikan seluruh pergerakannya, gadis itu mengalihkan pandangannya kearah tangannya yang tengah di genggam Jessen.

Jessen tersenyum tipis sambil matanya tak henti melihat pada Sharon untuk sekadar mengetahui reaksi gadis itu tentang dirinya yang tengah menggenggam tangan mungil milik Sharon.

“Lepas aja kalo lo gak mau gue gandeng.” Sharon-pun mengangkat pandangannya naik untuk melihat pada Jessen.

“Gandeng aja.” Ujar Sharon. Gadis itu mengangkat tangannya yang tengah Jessen genggam, jemari gadis itu melebar memberikan celah untuk jemari Jessen mengisinya.

“Gue mau kok, di gandeng sama lo.” Sharon tersenyum gigi, kepala gadis itu memiring lucu hingga Jessen tak tahan untuk tidak tersenyum lebar melihatnya.

Jessen-pun menyempurnakan genggaman tangan mereka, kemudian keduanya berjalan beriringan sambil bergandengan tangan.

“it feels warmer isn't?” Ucap Jessen seraya menoleh pada Sharon.

Sharon-pun tak punya pilihan lain selain menganggukan kepala seraya mengulum senyumannya.


Holding hands on a cold night, it feels warmer isn't?