Forgiveness and love.
I'm sorry for all and i miss u so bad.
The crazy bastard in your life.
Jepang, tempat dimana kakinya berpijak. Giorgino disini, untuk menjemput cintanya. Cinta yang terlambat ia sadari hingga akhirnya menyakiti. Gino datang dengan segala penebusan dosa, namun pada intinya ia datang karena rasa.
Matanya memandang kearah rumah minimalis yang katanya ada Aulia di dalamnya. Gino gugup, jantung nya berpacu, adrenalinnya terpicu.
Di sana, di dalam rumah itu, ada cintanya yang jauh-jauh ia akan jemput.
Dengan keyakinannya Gino membunyikan bell. Giorgino menelan salivanya kasar saat mendengar suara pintu rumah terbuka dan langkah kaki yang mendekat. Dengan gelisah Gino menunggu hingga gerbang rumah di hadapannya terbuka, menampakan sosok yang belakangan ini memenuhi kepalanya.
Oh Tuhan. Itu dia, gadis itu, Aulia. Dia ada disana, di hadapannya yang hanya berjarak beberapa langkah saja.
Semuanya seketika lenyap, rasa sesak di lehernya, rasa kosong yang tak kunjung habis, rasa hampa yang tak kunjung terisi, semuanya sirna.
Wajah itu. Benar sekali, itu dia. Wajah yang sangat-sangat Gino rindukan di setiap ia membuka mata lepas terlelap. Sosok yang selama ini ia inginkan hadir kembali.
Sama seperti bebannya yang terlepas, koper yang berada di genggamannya ikut lepas. Gino langkahkan dengan pasti kakinya mendekat, tatapannya lekat, tak kunjung lepas, hanya tertuju pada Aulia. Gadis yang sudah Gino kukuhkan menjadi sumber hidupnya.
Grep
Sesuai dengan niatnya, Gino memeluk tubuh mungil Aulia. Sangat erat, seakan dunia akan runtuh apabila Gino mengendurkan pelukannya.
Nafas Gino terbuang lega, ini. Ini dia, ini yang sangat Gino butuhkan, aroma ini yang sangat Gino rindukan, tanpa sadar Gino menangis menumpahkan rasa rindunya lewat air mata.
“Kangen.” Lirihnya.
“Aulia...” Suaranya bergetar tatkala menyadari Aulia balik memeluknya dengan sama eratnya.
“Don't cry. I'm sorry for all.” Bisiknya pelan saat merasakan tubuh Aulia bergetar bersamaan dengan telinganya yang menangkap isak tangis.
Gino usap kepala belakang Aulia dengan segenap kerinduan, kemudian ia tenggelamkan wajahnya disana, ia hirup aroma yang bisa ia hirup sebanyak-banyaknya, ia cium kepala Aulia dengan segenap rasa yang kini ia miliki.
“I miss you.” Lirihnya bersamaan dengan air matanya yang meluruh.