Kalimat Haikal.


Aulia benar-benar menepati ucapannya, gadis itu menghampiri Gino yang tengah berada di dapur dengan gelas yang terisi air sedikit, lagaknya pria itu menuruti ucapan Aulia untuk minum.

Aulia berjalan dengan nafas yang sedikit terengah-engah sebab habis melakukan aktivitas menjemur bajunya.

Rambut gadis itu di ikat asal-asalan membuat wajahnya yang mungil kini terlihat lebih mungil lagi.

'mungil-mungil minta di culik'

Gino mengernyitkan dahi kala kalimat Haikal itu terlintas dikepalanya.

“Iya, yang orang kaya.” Aulia mengucapkannya, apa yang pria itu suruh untuk ia ucapkan langsung.

Pikiran Gino tentang kalimat Haikal buyar, kini ia teralihkan dengan suara Aulia yang entah tadi mengatakan apa, sebab fokus Gino tidak disitu, melainkan Aulia yang tengah berdiri di hadapannya, berjarak beberapa langkah saja darinya.

Gadis itu memakai terusan seulutut berwarna putih dengan corak bunga-bunga.

'cakep anjing'

Lagi, kini kalimat Haikal kembali terlintas. Atau sebenarnya bukan Haikal? Sebab sepertinya Gino juga mengumpat demikian.

Aulia cantik.

Meski anak pembantu sekalipun, memang gadis ini tak terlihat demikian.

Gino harus akui itu benar.

Sebenarnya sudah Gino sadari sejak awal, namun tertutup karena kebencian dan kini terbuka sebab pernyataan sang kawan.

“Gino?” “Kok ngelamun?” Aulia menegur.

Meski tersadar, Gino masih tidak bisa fokus.

'kalo cerai, kabarin gue'

Lagi. Terlintas lagi. Gino terkekeh sinis.

Gino tidak akan menceraikan gadis ini. Bahkan jika Aulia yang meminta, sebab itu adalah tujuannya. Membuat keinginan Aulia tidak terpenuhi adalah rencananya. Dengan begitu gadis ini akan menderita bukan?