Kamu itu...
“Biasa aja dong lo makannya, gue tahu lo orang miskin tapi jangan diliatin banget napa.” Gino berujar setelah memperhatikan cara Aulia makan yang agak terburu-buru.
Mendengarnya Aulia mendongak, mengalihkan pandangan dari makanannya kearah Gino.
“Awkuu lawpwerrr twahu lawpwerrr—”
“Ya lah bacot, ga usah makan sambil ngomong, nanti muncrat, gue jijik.” Potong Gino sebelum sempat Aulia menyelesaikan.
Patuh, Aulia diam kemudian melanjutkan kegiatannya makan.
“Gue kenyang.” Seru Gino, lagi-lagi mau tak mau atensi Aulia tertarik.
“Siapa yah tadi yang bilang mau makan semuanya.” Sindir Aulia.
Gino melirik sinis. “Lo dibaikin kok malah ngelunjak sih?”
“Buat aku aja sinih, aku masih laper.” Sembari berkata demikian, Aulia mengambil kotak mie dari hadapan Gino.
“Dih, mau lo bekasan gue?”
“Ga boleh buang-buang makanan, lagian kamu juga gaada riwayat penyakit menular kan?”
“Kaga lah anjing.” Balas Gino sewot.
“Yaudah” Aulia mengendikan bahunya, melanjutkan kembali aktivitasnya.
Setelah selesai, keheningan melanda, entah bagaimana kini Aulia dan Gino saling berpandangan.
“Ngapain lo lihat-lihat?” Sudah tidak perlu dijelaskan lagi itu siapa.
“Aku tuh sebenernya bingung.” Tutur Aulia.
Gino mengernyitkan dahi, Aulia tahu, Gino ikut bingung, maka dari itu Aulia lanjutkan kalimatnya.
“Kamu itu sebenernya orang baik, atau orang jahat sih?”