Kamu Jahat.


Setelah menerima pesan teks dari Gino, bohong kalo Aulia tidak merasa marah. Bohong kalo ia bilang ia dapat bersabar menerima kelakuan Gino yang satu ini. Karena biar bagaimanapun, Aulia juga manusia.

Ia bisa merasa frustasi seperti saat ini. Demi Tuhan... Aulia tak menyangka bahwa Gino benar-benar melancarkan niatnya untuk membuat Aulia hidup seperti di neraka.

Aulia mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dari dalam, ia tahu Gino masih diluar kamarnya setelah tadi pria itu beraksi dengan mengunci Aulia di dalam kamar.

“Gino.. kamu gaboleh dong kaya gini..” Demi Tuhan sekali lagi, Aulia benar-benar ingin menangis.

“Boleh, ini rumah gue dan gue bebas ngelakuin apapun yang gue mau.” Dari balik pintu, suara berat itu terdengar menyahuti.

Aulia menghela nafas frustasi. “Gino tolong dong, sebentar aja.. nggak sampai sore, sampai siang aja, atau nggak dua jam... dua jam aja...”

Dari balik pintu, Gino mendengar, suara itu, bukan. Aulia melirih, Gino bisa pastikan itu.

Batinnya terpuaskan, ini yang ingin Gino dengar, sayang tak bisa ia lihat, tapi tak apa, dari pada mengambil resiko membuka pintu dan membuka peluang Aulia untuk kabur, Gino cukupkan dengan indra pendengarannya saja.

“Gino...” “Kamu masih disana kan?”

Tak terdengar jawaban, Aulia mengira pria itu sudah pergi, namun nyatanya Gino masih berdiri, hanya saja tak menyahut seperti sebelumnya.

“Padahal aku udah ngira kamu itu orang baik...”

“Ternyata bukan.”

Alis Gino terpaut mendengar ocehan Aulia. Gino menunggu, sebab sepertinya kalimat Aulia tadi menggantung. Beberapa saat kemudian terdengar lirih tangis, dibalik pintu, ternyata Aulia menangis.

“Kamu jahat.”