sugarloaf


Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata “Maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu”

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Ini semua salah Oma..”

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hal tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu, berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya. Namun selalu gagal hingga akhirnya, Jericho berhasil lahir ke dunia ini.

Beberapa tahun, Jericho tak pernah di urus dengan benar. Sebab dirinya adalah sebuah hal yang tak diinginkan.

Beruntungnya, ada Oma.

“Tidak usah ribut, biar Oma yang antar cucu Oma beli ice cream.”

Akhirnya, meski harus mendengar perkataan menyakitkan terlebih dahulu, Jericho bisa mendapatkan Ice Cream.

Lepas kejadian itu, Oma berupaya semaksimal mungkin agar Mama dan Papa-nya mau mencoba berumah-tangga dengan baik.

Mereka mencoba, dengan menghadirkan Olivia ke dunia ini. Pikir mereka, jika ada anak yang dengan 'konsen' mereka, mereka bisa saling mencintai.

Mereka berusaha sangat keras, jujur saja Jericho akui itu. Sebabnya, sejak saat itu pula, mereka menganggap Jericho ada, mereka mulai menyayanginya, meski bagi Jericho, itu semua sudah terlambat dan terkesan palsu sebab semua itu hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya mereka menyerah dan akhirnya memutuskan untuk bercerai.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata “Maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu”

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Ini semua salah Oma..”

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hal tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu, berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di dunia.

Hingga akhirnya, Jericho berhasil lahir ke dunia ini.

Beberapa tahun, Jericho tak pernah di urus dengan benar. Sebab dirinya adalah sebuah hal yang tak diinginkan.

Beruntungnya, ada Oma.

“Tidak usah ribut, biar Oma yang antar cucu Oma beli ice cream.”

Akhirnya, meski harus mendengar perkataan menyakitkan terlebih dahulu, Jericho bisa mendapatkan Ice Cream.

Lepas kejadian itu, Oma berupaya semaksimal mungkin agar Mama dan Papa-nya mau mencoba berumah-tangga dengan baik.

Mereka mencoba, dengan menghadirkan Olivia ke dunia ini. Pikir mereka, jika ada anak yang dengan 'konsen' mereka, mereka bisa saling mencintai.

Mereka berusaha sangat keras, jujur saja Jericho akui itu. Sebabnya, sejak saat itu pula, mereka menganggap Jericho ada, mereka mulai menyayanginya, meski bagi Jericho, itu semua sudah terlambat dan terkesan palsu sebab semua itu hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya mereka menyerah dan akhirnya memutuskan untuk bercerai.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata “Maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu”

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Ini semua salah Oma..”

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hal tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu, berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Hingga akhirnya, Jericho berhasil lahir ke dunia ini.

Beberapa tahun, Jericho tak pernah di urus dengan benar. Sebab dirinya adalah sebuah hal yang tak diinginkan.

Beruntungnya, ada Oma.

“Tidak usah ribut, biar Oma yang antar cucu Oma beli ice cream.”

Akhirnya, meski harus mendengar perkataan menyakitkan terlebih dahulu, Jericho bisa mendapatkan Ice Cream.

Lepas kejadian itu, Oma berupaya semaksimal mungkin agar Mama dan Papa-nya mau mencoba berumah-tangga dengan baik.

Mereka mencoba, dengan menghadirkan Olivia ke dunia ini. Pikir mereka, jika ada anak yang dengan 'konsen' mereka, mereka bisa saling mencintai.

Mereka berusaha sangat keras, jujur saja Jericho akui itu. Sebabnya, sejak saat itu pula, mereka menganggap Jericho ada, mereka mulai menyayanginya, meski bagi Jericho, itu semua sudah terlambat dan terkesan palsu sebab semua itu hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya mereka menyerah dan akhirnya memutuskan untuk bercerai.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata “Maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu”

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Ini semua salah Oma..”

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hal tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama tengah mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu, berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Dulu, saat Jericho mengetahui fakta bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, hingga akhirnya diterlantarkan. Jericho marah pada Tuhan, mengapa dirinya harus tetap lahir padahal orang tua nya saja tidak mau dirinya lahir.

Namun kini, Jericho bersyukur pada Tuhan, karena setidaknya, dengan dirinya tetap lahir dan ada di dunia ini, Jericho bisa bertemu dengan Tara. Sumber kedamaiannya.

Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian itu yang Jericho rasakan semasa hidupnya sebelum bertemu hingga akhirnya bertemu dengan Tara.

Dulu, jika ada orang yang berkata ingin kembali ke masa kecil sebab menjadi dewasa tidak mengenakan, Jericho akan langsung menyangkal, bahwa dirinya tidak mau mengulangi hidup.

Namun kini, jika ditanya apakah Jericho mau mengulangi hidupnya atau tidak, Jericho akan jawab 'ya'

Ya, Jericho mau mengulanginya asal ada Tara di penghujung ceritanya.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata “Maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu”

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hak tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama tengah mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang tidak saling mencintai itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Dulu, saat Jericho mengetahui fakta bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, hingga akhirnya diterlantarkan. Jericho marah pada Tuhan, mengapa dirinya harus tetap lahir padahal orang tua nya saja tidak mau dirinya lahir.

Namun kini, Jericho bersyukur pada Tuhan, karena setidaknya, dengan dirinya tetap lahir dan ada di dunia ini, Jericho bisa bertemu dengan Tara. Sumber kedamaiannya.

Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian itu yang Jericho rasakan semasa hidupnya sebelum bertemu hingga akhirnya bertemu dengan Tara.

Dulu, jika ada orang yang berkata ingin kembali ke masa kecil sebab menjadi dewasa tidak mengenakan, Jericho akan langsung menyangkal, bahwa dirinya tidak mau mengulangi hidup.

Namun kini, jika ditanya apakah Jericho mau mengulangi hidupnya atau tidak, Jericho akan jawab 'ya'

Ya, Jericho mau mengulanginya asal ada Tara di penghujung ceritanya.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, serta apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hak tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama tengah mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang tidak saling mencintai itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Dulu, saat Jericho mengetahui fakta bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, hingga akhirnya diterlantarkan. Jericho marah pada Tuhan, mengapa dirinya harus tetap lahir padahal orang tua nya saja tidak mau dirinya lahir.

Namun kini, Jericho bersyukur pada Tuhan, karena setidaknya, dengan dirinya tetap lahir dan ada di dunia ini, Jericho bisa bertemu dengan Tara. Sumber kedamaiannya.

Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian itu yang Jericho rasakan semasa hidupnya sebelum bertemu hingga akhirnya bertemu dengan Tara.

Dulu, jika ada orang yang berkata ingin kembali ke masa kecil sebab menjadi dewasa tidak mengenakan, Jericho akan langsung menyangkal, bahwa dirinya tidak mau mengulangi hidup.

Namun kini, jika ditanya apakah Jericho mau mengulangi hidupnya atau tidak, Jericho akan jawab 'ya'

Ya, Jericho mau mengulanginya asal ada Tara di penghujung ceritanya.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, dan apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hak tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama tengah mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang tidak saling mencintai itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Dulu, saat Jericho mengetahui fakta bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, hingga akhirnya diterlantarkan. Jericho marah pada Tuhan, mengapa dirinya harus tetap lahir padahal orang tua nya saja tidak mau dirinya lahir.

Namun kini, Jericho bersyukur pada Tuhan, karena setidaknya, dengan dirinya tetap lahir dan ada di dunia ini, Jericho bisa bertemu dengan Tara. Sumber kedamaiannya.

Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian itu yang Jericho rasakan semasa hidupnya sebelum bertemu hingga akhirnya bertemu dengan Tara.

Dulu, jika ada orang yang berkata ingin kembali ke masa kecil sebab menjadi dewasa tidak mengenakan, Jericho akan langsung menyangkal, bahwa dirinya tidak mau mengulangi hidup.

Namun kini, jika ditanya apakah Jericho mau mengulangi hidupnya atau tidak, Jericho akan jawab 'ya'

Ya, Jericho mau mengulanginya asal ada Tara di penghujung ceritanya.



Dulu;

“Jericho mau ice cream, anterin gih. Aku mau cuci piring.”

Jericho ingat betul, kala itu dirinya yang sedang dituntun oleh Astyaningsih, sang Mama. Lalu Jericho di oper kepada seorang pria yang terlihat sibuk duduk sambil menatap layar laptop.

“Kamu ga lihat aku lagi ngapain?”

“Duduk, kan?”

“Aku gak cuma duduk, aku lagi ngurus proposal yang deadline nya tinggal ngitung menit.”

“Lah terus gimana? ini anak kamu minta ice cream, dari tadi ngerengek terus, aku pusing dengernya.”

“Kamu yang anter kan bisa?”

“Aku udah bilang, aku mau cuci piring. Lagi pula, tempatnya jauh, disini yang bisa bawa kendaraan itu kamu, jadi kamu anterin dong.”

“Ngerepotin banget sih. Tahu gitu dulu kamu gugurin aja, kenapa pake dilahirin segala kalo ujungnya malah bikin beban begini.”

“Kamu pikir aku ga pernah coba buat gugurin dia waktu itu? aku udah coba berkali-kali dan ga berhasil.”

Jericho memandangi sang surya yang tengah tenggelam di antara gedung-gedung tinggi yang pria itu lihat dari balkon apartment nya.

Kisah tadi, adalah secuil kisah saat Jericho tahu bahwa dirinya tidak diinginkan oleh kedua orang tua nya.

Saat itu, Jericho masih kecil, sekolah saja belum. Namun entah mengapa, dirinya mengingat betul apa yang terjadi, dan apa yang di katakan oleh Mama dan Papa nya.

Maklum, dulu Oma bilang begitu pada Jericho.

Entah pada saat orang tua-nya bercerai sebab perselingkuhan, atau saat Jericho bertanya, “Oma, kenapa Mama sama Papa ga suka aku?”

Dulu, Oma menjawabnya dengan kata maklum, Mama sama Papa lagi capek, jadi kadang marah-marah sama kamu

Dulu pula, Jericho yang masih kecil percaya saja perkataan Oma, namun beranjak dewasa, dan dirinya bertanya kembali, Oma mengatakan hal yang berbeda.

Yang Jericho ingat, Oma menangis sambil menjawab,

“Kamu tahu Mama sama Papa kamu menikah bukan atas dasar cinta, right?”

Kala itu, Jericho mengangguk hingga Oma akhirnya melanjutkan penjelasannya.

Kata oma, Mama sama Papa sering bertengkar, terlalu sering hingga pada suatu malam, mereka bertengkar namun diiringi dengan minuman alkohol.

Mereka berdua mabuk, lepas bertengkar mereka melakukan hak tak terkendali hingga dinyatakanlah Asty, sang Mama tengah mengandung Jericho dalam perutnya.

Lantas, bagaimana bisa dua orang tidak saling mencintai itu bahagia mendengar kabar kalau mereka yang saling membenci, kini terhubung oleh sebuah janin atas dasar 'kecelakaan'

Berulang kali, seperti yang dikatakan oleh sang Mama di ingatan Jericho, pada saat itu berulang kali Asty berusaha menggugurkan kandunganya.

Namun apa mau dikata, Tuhan ingin Jericho ada di Dunia ini.

Dulu, saat Jericho mengetahui fakta bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, hingga akhirnya diterlantarkan. Jericho marah pada Tuhan, mengapa dirinya harus tetap lahir padahal orang tua nya saja tidak mau dirinya lahir.

Namun kini, Jericho bersyukur pada Tuhan, karena setidaknya, dengan dirinya tetap lahir dan ada di dunia ini, Jericho bisa bertemu dengan Tara. Sumber kedamaiannya.

Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian itu yang Jericho rasakan semasa hidupnya sebelum bertemu hingga akhirnya bertemu dengan Tara.

Dulu, jika ada orang yang berkata ingin kembali ke masa kecil sebab menjadi dewasa tidak mengenakan, Jericho akan langsung menyangkal, bahwa dirinya tidak mau mengulangi hidup.

Namun kini, jika ditanya apakah Jericho mau mengulangi hidupnya atau tidak, Jericho akan jawab 'ya'

Ya, Jericho mau mengulanginya asal ada Tara di penghujung ceritanya.



Rumit. Jika Jericho telaah, kisah tentang keluarganya terlalu rumit.

Dan cerita rumit itu, kini mesti Jericho sampaikan pada seseorang. Seseorang yang menurut Jericho penting dalam hidup nya. Oh atau mungkin sangat penting.

Jericho memandangi Tara yang tengah duduk di meja makan bersama dengan dua orang lagi yang penting dalam hidupnya.

“I'm a Netherlands.” Itu suara oma-nya yang tengah memperkenalkan dirinya pada Tara.

“So, i am a mixed.” Terlihat Olivia mengedipkan matanya pada Tara. Gadis itu lalu tertawa sebelum akhirnya mereka berdua berjabat tangan. Tanda sebuah perkenalan.

“Me too.” Kali ini, Jericho maju untuk bersuara sekaligus bergabung di meja makan.


“Aku udah nyangka sih, kalo kamu itu mixed. Rata-rata hidung orang Indonesia ga semancung kamu soalnya.”

Mau tak mau, Jericho tertawa.

“Kalo kamu?”

“Oh, kalo aku pure pribumi.”

Jericho tertawa lagi. “Don't say that.”

“Kamu bilang jangan, tapi sambil ketawa. Maksudnya gimana, ya?” Selepasnya, Tara menyunggingkan senyum. Gadis itu senang, melihat Jericho tertawa setelah beberapa saat hanya melihat diam-nya pria itu.

“Kamu lahir dimana? Di sini atau di Belanda?” Tara bertanya. “Di sini.” “Jakarta?” Jericho menganggukan kepalanya.

“Ra.”

“Iya.”

“Mau tahu kenapa di sini cuma ada Oma gak?” Kali ini Tara menoleh sepenuhnya. “Boleh, kalo kamu ga keberatan.” Jericho mengangguk.

“My parents divorced when i was eleven.” Jericho memulai ceritanya. His complicated stories.

“Mama selingkuh, Papa juga. Dua-duanya selingkuh.”

“Maklum, mereka nikah karena di jodohin.”

Baru awal, dan Tara sudah menggigit bibirnya sendiri.

“Alasan kenapa ada 'rumah oma' dan 'rumah mama'.”

“Oh, sama satu lagi.” “Rumah Papa.”

Pandangan Jericho beralih dari Tara menjadi menerawang jauh kedepan.

Pikiran pria itu kemudian melayang, memutar kejadian-kejadian yang telah di alaminya.

“When i was six . Hari pertama aku sekolah SD. Aku nunggu di jemput Papa. He's come, but suddenly a woman grab his hand and pulled him to the area behind my school. Then, they're kissed.”

Mulut Tara setengah terbuka saat mendengarnya. Gadis itu teramat syok dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Jericho.

“Empat tahun setelahnya. Aku lihat Mama masuk hotel sama laki-laki. Dan itu bukan Papa.”

Tara merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak. Gadis itu memejamkan matanya sesaat. Membayangkan bagaimana perasaan anak lelaki sekecil itu melihat kedua Orang Tuanya berselingkuh dengan mata kepalanya sendiri, lalu tak lama mereka bercerai.

Rasanya Tara tidak kuat untuk lanjut mendengar kisah Jericho.

Jericho menurunkan tatapan menerawang jauhnya. Kepalanya ia tolehkan pada Tara yang kini tengah memandanginya.

“Can i hug you?”

“Can i hug you?”

Dua insan itu serentak mengucapkannya.

Jericho terseyum kecil. Sementara itu, mata Tara sudah berkaca-kaca.

“Hug me, Ra.” “Please.”

Segera Tara merengkuh tubuh Jericho yang lebih besar dari tubuhnya. Jericho-pun lantas membalas pelukan Tara. Mereka berdua berpelukan. Jericho memejamkan matanya, menghirup napas dalam setelah sedari tadi rasanya seperti ia menahan napasnya.

“Alright. It's alright.” Dalam pelukannya, Tara menepuk-nepuk pelan punggung Jericho.

Lalu detik itu juga, pertahanan Jericho runtuh. Air mata pria itu jatuh meluruh. Bertahun-tahun sudah dirinya memendam semuanya seorang diri. Sebab Jericho tak pernah tahu dirinya bisa punya sandaran seperti ini. Jericho tak pernah tahu apa itu rumah, sebab bingung karena terlalu banyak rumah yang dirinya ketahui.

Namun kini, Jericho tahu satu hal, bahwa Tara adalah rumahnya.



Rumit. Jika Jericho telaah, kisah tentang keluarganya terlalu rumit.

Dan cerita rumit itu, kini mesti Jericho sampaikan pada seseorang. Seseorang yang menurut Jericho penting dalam hidup nya. Oh atau mungkin sangat penting.

Jericho memandangi Tara yang tengah duduk di meja makan bersama dengan dua orang lagi yang penting dalam hidupnya.

“I'm a Netherlands.” Itu suara oma-nya yang tengah memperkenalkan dirinya pada Tara.

“So, i am a mixed.” Terlihat Olivia mengedipkan matanya pada Tara. Gadis itu lalu tertawa sebelum akhirnya mereka berdua berjabat tangan. Tanda sebuah perkenalan.

“Me too.” Kali ini, Jericho maju untuk bersuara sekaligus bergabung di meja makan.


“Aku udah nyangka sih, kalo kamu itu mixed. Rata-rata hidung orang Indonesia ga semancung kamu soalnya.”

Mau tak mau, Jericho tertawa.

“Kalo kamu?”

“Oh, kalo aku pure pribumi.”

Jericho tertawa lagi. “Don't say that.”

“Kamu bilang jangan, tapi sambil ketawa. Maksudnya gimana, ya?” Selepasnya, Tara menyunggingkan senyum. Gadis itu senang, melihat Jericho tertawa setelah beberapa saat hanya melihat diam-nya pria itu.

“Kamu lahir dimana? Di sini atau di Belanda?” Tara bertanya. “Di sini.” “Jakarta?” Jericho menganggukan kepalanya.

“Ra.”

“Iya.”

“Mau tahu kenapa di sini cuma ada Oma gak?” Kali ini Tara menoleh sepenuhnya. “Boleh, kalo kamu ga keberatan.” Jericho mengangguk.

“My parents divorced when i was eleven.” Jericho memulai ceritanya. His complicated stories.

“Mama selingkuh, Papa juga. Dua-duanya selingkuh.”

“Maklum, mereka nikah karena di jodohin.”

Baru awal, dan Tara sudah menggigit bibirnya sendiri.

“Alasan kenapa ada 'rumah oma' dan 'rumah mama'.”

“Oh, sama satu lagi.” “Rumah Papa.”

Pandangan Jericho beralih dari Tara menjadi menerawang jauh kedepan.

Pikiran pria itu kemudian melayang, memutar kejadian-kejadian yang telah di alaminya.

“When i was six . Hari pertama aku sekolah SD. Aku nunggu di jemput Papa. He's come, but suddenly a woman grab his hand and pulled him to the area behind my school. Then, they're kissed.”

Mulut Tara setengah terbuka saat mendengarnya. Gadis itu teramat syok dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Jericho.

“Empat tahun setelahnya. Aku lihat Mama masuk hotel sama laki-laki. Dan itu bukan Papa.”

Tara merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak. Gadis itu memejamkan matanya sesaat. Rasanya dirinya tidak kuat untuk lanjut mendengar kisah Jericho.

Jericho menurunkan tatapan menerawang jauhnya. Kepalanya ia tolehkan pada Tara yang kini tengah memandanginya.

“Can i hug you?”

“Can i hug you?”

Dua insan itu serentak mengucapkannya.

Jericho terseyum kecil. Sementara itu, mata Tara sudah berkaca-kaca.

“Hug me, Ra.” “Please.”

Segera Tara merengkuh tubuh Jericho yang lebih besar dari tubuhnya. Jericho-pun lantas membalas pelukan Tara. Mereka berdua berpelukan. Jericho memejamkan matanya, menghirup napas dalam setelah sedari tadi rasanya seperti ia menahan napasnya.

“Alright. It's alright.” Dalam pelukannya, Tara menepuk-nepuk pelan punggung Jericho.

Lalu detik itu juga, pertahanan Jericho runtuh. Air mata pria itu jatuh meluruh. Bertahun-tahun sudah dirinya memendam semuanya seorang diri. Sebab Jericho tak pernah tahu dirinya bisa punya sandaran seperti ini. Jericho tak pernah tahu apa itu rumah, sebab sudah terlalu banyak rumah yang dirinya ketahui.

Namun kini, satu hal yang Jericho ketahui, bahwa Tara adalah rumahnya.