Just Weird.
Jessen menghisap satu batang rokok, lalu mengepulkan asapnya. Ia berada di depan kostan Sharon, berdiri bersandar pada mobil. Menunggu gadis itu yang katanya sedang berganti pakaian.
20 menit sudah berlalu, Jessen melirik pada arloji yang ia pakai. Mataharinya amat terik, namun pria itu tetap berdiri diluar sebab dirinya sedang merokok, ia tak mau menghabiskan batang beracun itu di dalam mobil. Takut-takut Sharon tak suka dengan bau rokok.
Beberapa saat kemudian pintu yang tak jauh dari pandangannya terbuka. Sharon muncul dari balik pintu, menenteng sepasang sepatu kets lalu memakainya dengan tergesa-gesa, setelahnya gadis itu bergegas menghampiri Jessen.
“Jangan lari woy, santai aja.” Peringat Jessen. Sebab gadis itu menghampirinya dengan setengah berlari.
Jessen membuang batang rokoknya yang masih menyala lalu menginjaknya. Dan hal itu tak luput dari pandangan Sharon.
“Lo ngerokok?” Tanya Sharon sambil gadis itu menyampirkan tali penghubung tas pada pundaknya.
“As u see.” Jessen menjawab, kemudian ia meminum air yang tadi dibelinya.
“Masuk ca, panas.” Jessen mentitah sembari menggiring gadis itu masuk kedalam mobil yang pintunya sudah ia bukakan.
Sharon-pun masuk, Jessen menutup pintu, kemudian berjalan mengitari bagian depan mobil untuk ikut masuk kedalam.
“Sejak kapan?” Tanya Sharon.
Jessen menoleh selepas memakai sabuk pengaman. “Apanya?”
“Ngerokok.” Lanjut Sharon, rupa-rupanya gadis itu penasaran.
“Kelas dua SMA.” Jessen-pun menjawab, matanya kemudian menangkap Sharon yang nampak kesulitan memakai sabuk pengaman.
“Angkat dulu tangan lo, sini gue yang pasangin.” Jessen melepas sabuk pengaman yang sudah dipakainya, sebab dirinya harus mencondongkan tubuhnya mendekat pada Sharon.
Pria itupun dengan lihai memasangkan sabuk pengaman pada Sharon. Posisi ini membuat Sharon harus memundurkan kepala agar tidak terlalu dekat dengan Jessen. Menyadari hal yang dilakukan Sharon, pria itu pun tersenyum seraya menggelengkan kepala.
“Done.” Ucap Jessen setelah selesai memasangkan sabuk pengaman pada Sharon.
Jessen kembali pada posisinya, lalu memasang sabuk pengaman yang tadi dilepas olehnya.
Sedangkan Sharon kini tengah merenung, dikepalanya terpikirkan tentang 'ada apa dengan sikap Jessen belakangan ini'. Terutama sekarang, mulai dari tidak kesal sebab perkara dompet, mencegah Sharon untuk berjalan di hari yang sangat panas ini, lalu menunggu Sharon dengan tanpa protes sama sekali.
Alis Sharon menukik makin dalam, Jessen yang sempat melirik sekilas-pun tak sengaja melihatnya. “Lo lagi mikir apaan? serius amat.”
Teguran Jessen membuat Sharon menoleh, memperhatikan pria itu beberapa saat, lalu kembali memalingkan wajah.
“Ini perasaan gue doang atau gimana?” Sharon membatin.
“Something feels so weird, he's so weird.”